Pariwisata Masih Lesu, Panorama Bantu Pulihkan Masyarakat di Desa Sembalun
Bak Domino, gempa Agustus 2018 lalu bertubi-tubi membawa kerugian bagi Warga Lombok. Bukan hanya rumah dan fasilitas umum yang hancur, kondisi ekonomi masyarakat juga mendadak luluh lantak akibat sumber-sumber mata pencaharian yang ‘hilang’ akibat gempa.
Masyarakat yang bergantung penuh pada Sektor Pariwisata setempatpun, tak luput dari penderitaan. Menteri Pariwisata – Arief Yahya meyebutkan, lebih dari Rp 1,4 Triliun - Pemerintah kehilangan devisa dari sektor Pariwisata. Hal ini dikarenakan, ada 65% penurunan kunjungan wisata ke Lombok yang mengakibatkan 40 dari 100 penerbangan terjadwal, dibatalkan.
Salah satu destinasi pariwisata unggulan di Lombok yang masih lesu adalah Gunung Rinjani. Akibat gempa lalu, seluruh pintu masuk pendakian gunung rinjani ditutup karena tanah pijakannya dinilai rapuh dan tak aman bagi para pendaki. Namun tenggat waktu penutupan inipun masih masih simpang siur. Ada yang menyebutkan, Gunung Rinjani pasti ditutup hingga 2020, adapula yang menyebutkan penutupan itu hanya untuk beberapa jalur masuk.
Namun, informasi langsung dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menyebutkan bahwa terkait hal ini, akan dilakukan survei gabungan terlebih dahulu yakni pada bulan Maret 2019 mendatang. Survei ini akan membahas jalur masuk Gunung Rinjani, baik yang melalui Senaru, Timbanuh, maupun Sembalun. Nantinya survei ini pula yang akan menjadi acuan apakah Gunung Rinjani diputuskan untuk ditutup sementara atau kembali dibuka untuk publik.
Penutupan Gunung Rinjani ini menjadi isu penting karena semua jalur masuknya merupakan daerah yang potensial bagi masyarakat. Sembalun misalnya. Sejak tahun 2017, Sembalun menjadi salah satu Desa Wisata binaan Panorama Group, melalui Panorama Foundation. Masyarakat disana, secara berkala diberikan bekal berupa ilmu untuk menjadi tour guide, host, porter dan kegiatan niaga lainnya. Ilmu tersebut kemudian diterapkan dan menjadi cikal bakal mata pencaharian baru bagi Warga Desa Sembalun.
Namun sama seperti musibah lainnya, tak ada yang menyangka Sembalun menjadi salah satu daerah yang terdampak gempa. Panorama Foundation yang telah merancang Sembalun sebagai Desa Wisata, terpaksa harus menerima kenyataan bahwa banyak warga yang kehilangan mata pencahariaan, rumah dan keluarga akibat gempa. Melihat langsung kondisi masyakat, Panorama Foundation dan German State-Owned Company (GIZ) berinisiatif untuk membangun sebuah balai rakyat yang pengerjaannya telah dimulai dari beberapa bulan. Pada tanggal 7 Februari 2019 ini, bale rakyat tersebut sudah selesai dan resmi diserah terimakan kepada masyarakat setempat.
“Bale Rakyat ini diharapkan dapat menjadi tempat tinggal atau tempat berkumpul sementara bagi penduduk sekitar”, ujar AB Sadewa selaku Ketua Panorama Foundation. “Ke depannya Bale Rakyat dapat difungsikan sebagai Tourism Center, dan masyarakat bisa kembali mengembangkan potensi Pariwisata wilayah Sembalun, yakni sebagai jalur masuk ke Gunung Rinjani”.
Namun, tidak dapat dipungkiri pemanfaatan Tourism Center ini masih membutuhkan waktu, karena bukan hanya Rinjani, hampir seluruh destinasi wisata Lombok juga masih sepi pengunjung. Hal ini diungkapkan oleh Benediktur Onor, selaku General Manager Lombok dan Labuan Bajo PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (Panorama Destination), yang hadir pada acara serah terima Bale Rakyat.
“Setelah gempa, Lombok sudah recovery tapi tamunya masih sepi, demand turis ke Gili ada, tapi untuk sementara cuaca yg buruk menyebabkan beberapa boat dari bali tidak beroperasi, begitupun dengan wisata Tetebatu yang berada disekitar Rinjani, sepi” Terangnya.
Panorama Group berharap, meskipun sudah setengah tahun berlalu dari gempa besar yang menerjang Lombok, seluruh Masyarakat Indonesia masih bersedia untuk membantu dan bahu-membahu membangun Lombok agar bisa kembali seperti sedia kala.
Related News
Any Question About Panorama ?
Learn more about our business at the contact us page.
You can also learn about our business by downloading our Company Profile.